Skip to main content

susu jahe pak min


"tidak seorang pun terpencil seperti pulau"

meski ucapan itu berasal dari john donne, tapi saya membaca kutipan itu pertama kali dari buku thomas merton, seorang rahib modern yang meski tinggal di biara kontemplatif, tapi ia rajin menulis.
dan buku-buku tulisannya laku keras, karena ia menulis untuk orang modern hal-hal yang absen di dunia modern, yakni nilai-nilai spiritual. 
artinya, ia mengusahakan untuk terkoneksi dengan dunia modern, meski dia sendiri tinggal di dalam tembok biara yang bisu, dan dari situ ia tetap ingin memberi arti pada dunia di luarnya, tanpa perlu meninggalkan tempat.

terhubung dengan orang lain, ruang lain, adalah dorongan alami kita. manusia sebagai makhluk sosial. wujudnya adalah sarana-sarana komunikasi dan transportasi: jaringannyamaupun modanya. [dan sepeda adalah satunya hehe]

kota dengan jaringan jalan, lorong dan gangnya mencerminkan itu. mencerminkan bagaimana cara kita bertemu dengan orang lain. bila orang banguntapan seperti saya hendak bertemu orang di malioboro, maka akan melalui berbagai kelas jalan yang berbeda-beda lebarnya, kesibukannya, arah lalu lintasnya, jenis-jenis kendaraannya... 
dari mulai lorong perumahan, gang-gang, hingga ke jalan besar, ada hirarkhi yang jelas: dari kecil ke besar, dari sempit ke longgar.
jaringan jalan ini mirip pohon: ada akar, batang, cabang, ranting, carang dan baru buah, bunga dan daun..
kalau di yogya, semua jalan menuju ke alun-alun, halaman depan kraton. sama seperti dulu pada masa roma, ada ungkapan "semua jalan menuju roma"

apakah ada jaringan jalan yang tidak hirarkhis?

kalau ada, maka metaforanya bukan pohon, tapi jahe, atau rumput, atau bambu... yakni kelompok tanaman yang disebut sebagai rhizome, atau rizoma dalam bahasa indonesia. yakni tanaman yang tubuhnya senderhana: antara akar, batang, caban itu menyatu dalam satu tubuh.
ajaibnya lagi, bila mereka saling didekatkan, bisa nyambung menjadi satu kesatuan struktur.

pohon dan rhizome, sebagai struktur yang berbeda cara-caranya menghubungkan bagian-bagiannya, pernah dibahas oleh deleuze. seorang filsuf asal prancis.

struktur rhizome tidak punya hirarkhi. bagian satu dengan yang lain dalam status yang setara. bukan yang satu menopang yang lain, seperti kolom menopang balok yang kita kenal.

di jalanan perumahan dan kampung sekitar saya, saya masih bisa menjelajahi hubungan-hubungan yang setara itu tadi. juga kalau saya hendak ke warung pak min, langganan saya kalau ingin minum susu jahe favorit saya.
tinggal ngonthel dari rumah, keluar gang sebentar, lalu pindah ke jalan yang menuju ke kampung di utara...luruus terus sampai puskesmas.
nah, 
di sampingnya itu,
tiap malam ada warung wedangan
susu jahe pak min!

--
mahatmanto

Comments

Popular posts from this blog

ngepit atau pit-pitan?

Ngepit atau pit-pitan? Ada judul serupa ditulis di kompasiana pada tahun 2015 , dan di tulis ulang di suatu blog pada 2016 . Tulisan tersebut menjelaskan beda ngepit dan pit - pitan yang kemudian menekankan pada kebijakan segosegawe yang direspon secara pit-pitan bukan ngepit seperti yang diharapkan pada semangat segosegawe. Segosegawe sudah punah tapi semangat ngepit atau pit-pitan tetap ada. Suatu hal unik, perulangan kata benda menjadi suatu kata kerja. Mobil-mobilan artinya mainan yang menyerupai mobil, omah-omahan berarti benda yang menyerupai rumah, sedangkan kata pit-pitan berarti kegiatan bersepeda. Setuju ya, arti ngepit dan pit-pitan itu sama bahwa dalam proses perpindahan tempat menggunakan moda transportasi sepeda, juga pasti setuju, nuansa kata ngepit lebih serius daripada nuansa kata pit-pitan. Saya sendiri lebih melihat ngepit dekat dengan kata travel to, sedangkan pit-pitan lebih dekat dengan kata journey. Ngepit mempunyai arti yang lebih dekat k...

tersesat di wisma kuwera

“Nek wong sing duwe short term memory elek, ning kene iso ra nemu dalan metu ki” Kalimat tersebut diungkapkan Rizal kepada saya setelah separuh jalan blusukan di dalam wisma Kuwera. Memang menurut saya, peletakan ruang yang ‘aneh’ pada bangunan tersebut memberikan potensi keblasuk bagi orang baru yang dibebaskan berkeliling semaunya di Kuwera. Haha… Tentunya sang perancang memiliki kemampuan spasial yang hebat! Pastinya.. Sejuk, dingin, hangat. Begitulah berbagai ruang yang terbentuk di wisma ini. Sejuk,  dapat mudah dirasakan di bagian ruang paling bawah dan ruang diatas dekat dengan bukaan. Hangat, tentunya nuansa yang di timbulkan oleh penggunaan elemen kayu, yang banyak digunakan dan sangat terasa di lantai atas. Lalu dingin? Dibawah tanah, yang konon katanya tempat untuk hening Romo Mangun jaman dulu. Perpaduan sejuk dan hangat merupakan ungkapan respon dari tropis. Karena di daerah tropis merupakan daerah yang tidak terlalu panas maupun dingin, maka...

kayu dan gergaji

yang disebut kayu itu sebenarnya hanyalah bagian tertentu saja dari suatu batang pohon. ia adalah bagian terkerasnya. ia diberi perhatian dan dikhususkan oleh manusia, setelah mereka melihat kegunaannya: ia bisa difungsikan oleh manusia untuk menjadi bahan pembuatan alat-alat kehidupan sesehari mereka. jadi, dari mulanya, memang manusia sudah naksir pada pohon dan bagian-bagiannya. mereka sudah penuh rencana untuk menguasai alam dan memanfaatkannya bagi kebahagian mereka [manusia] sendiri. memilih kayu sebagai bahan adalah menempatkan kayu sebagai material: suatu calon, bakalan, yang kelak akan menjadi sesuatu. oleh sebab itu juga ia dinamai material karena mengandung kata mater di dalamnya, yang artinya adalah ibu: asal dari segala sesuatu. bila di hutan ia disebut pohon, di toko besi disebut kayu [dengan berbagai variannya, tergantung bentuk dan ukuran] maka setelah terangkai dalam sebuah rumah, ia dinamai reng, usuk, blandar, saka, dsb. lihatlah, bagaimana material ...