Skip to main content

kayu dan gergaji


yang disebut kayu itu sebenarnya hanyalah bagian tertentu saja dari suatu batang pohon.
ia adalah bagian terkerasnya.
ia diberi perhatian dan dikhususkan oleh manusia, setelah mereka melihat kegunaannya: ia bisa difungsikan oleh manusia untuk menjadi bahan pembuatan alat-alat kehidupan sesehari mereka.

jadi,
dari mulanya, memang manusia sudah naksir pada pohon dan bagian-bagiannya.
mereka sudah penuh rencana untuk menguasai alam dan memanfaatkannya bagi kebahagian mereka [manusia] sendiri.
memilih kayu sebagai bahan adalah menempatkan kayu sebagai material: suatu calon, bakalan, yang kelak akan menjadi sesuatu. oleh sebab itu juga ia dinamai material karena mengandung kata mater di dalamnya, yang artinya adalah ibu: asal dari segala sesuatu.

bila di hutan ia disebut pohon,
di toko besi disebut kayu [dengan berbagai variannya, tergantung bentuk dan ukuran] maka setelah terangkai dalam sebuah rumah, ia dinamai reng, usuk, blandar, saka, dsb.
lihatlah,
bagaimana material yang bernama kayu itu “lenyap” dan darinya lahirlah berbagai unsur dari rumah yang punya nama sendiri: reng, usuk, blandar, saka dsb. juga menjadi patung dewa-dewi, orang-orang suci, tempat duduk, meja, tempat tidur dan berbagai peralatan rumah tangga manusia.

agaknya alam memang begitu: adalah ibu, yang mengurbankan diri dengan melenyapkan diri sendiri untuk menjadi sesuatu yang lain bagi manusia.
hutan menjadi taman, air terjun menjadi sarana rekreasi, danau menjadi sumber air konsumsi maupun membersihkan diri...

tapi bencana alam juga dimulai dari sana. ketika alam diperlakukan sebagai “bahan mentah” saja bagi kebutuhan manusia, maka alam dikuras habis-habisan oleh manusia.

hal yang sebenarnya sudah dari dulu berlangsung disadari orang. ada yang sudah sadar untuk menghemat. misalnya, kayu untuk diperlakukan sebagai tiang, yang semula prosesnya pendek -tebang dikeringkan lalu dipasang- maka kemudian ada kebutuhan untuk menghematnya sehingga perlu digergaji dulu. dipotong-potong dalam ukuran tertentu sehingga satu batang pohon bisa menjadi beberapa tiang, malah sisanya bisa menjadi reng, usuk dan lain-lainnya.

cara untuk menghematnya adalah dengan teknologi peralatan, contohnya adalah gergaji tadi.
gergaji, adalah alat temuan manusia yang lahir dari kesadaran untuk menghemat konsumsi kayu. dengan munculnya gergaji, maka muncullah papan kayu yang bisa dirangkai menjadi bidang dinding, lantai juga lemari dan berbagai perabot lain.
ini elemen yang luwes untuk diubah jadi apa pun.

ternyata di dunia ini tidak banyak ragam gergaji.
konon ada dua versi gergaji: versi jepang dan versi lainnya.
dalam versi jepang gergaji itu membelah ketika kita menariknya. sementara, gergaji lain membelah ketika kita menekan atau mendorongnya.
dengan cara menarik, maka bilah gergaji jepang bisa tipis sehingga proses membelah kayu di jepang bisa lebih ringan dan menghasilkan lembaran-lembaran yang lebih tipis pula.

sabtu nanti kita akan melihat-lihat bagaimana papan-papan kayu diperlakukan oleh rama yb. mangunwijaya pr. dalam membangun rumahnya.
rumah di jalan kuwera ini menggunakan banyak sekali papan kayu,
bukan balok-balok kayu.
papan diolah dalam berbagai kombinasi sehingga menjadi tiang, balok maupun papan lantai.
saya duga, rama mangun punya keinginan untuk menghemat penggunaan kayu itu.
selain juga, untuk memudahkan tukang dalam bekerja, sebab dengan satu jenis elemen arsitektur [papan] tinggal diubah komposisi, dan dimensinya, ia berubah jadi tiang, balok, lantai maupun dinding.

kita akan sepedaan - sabtu 25 maret 2017- dari kampus ke pendhapa samirana, rumah kuwera, menyusuri selokan mataram, hingga ke gereja katolik jetis yang adalah juga karya rama mangun.

kegiatan yang diberi tema “dari kayu ke kayu” ini diselenggarakan oleh komunitas sepedaan dutayantra. silakan bergabung...

Comments

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

ngepit atau pit-pitan?

Ngepit atau pit-pitan? Ada judul serupa ditulis di kompasiana pada tahun 2015 , dan di tulis ulang di suatu blog pada 2016 . Tulisan tersebut menjelaskan beda ngepit dan pit - pitan yang kemudian menekankan pada kebijakan segosegawe yang direspon secara pit-pitan bukan ngepit seperti yang diharapkan pada semangat segosegawe. Segosegawe sudah punah tapi semangat ngepit atau pit-pitan tetap ada. Suatu hal unik, perulangan kata benda menjadi suatu kata kerja. Mobil-mobilan artinya mainan yang menyerupai mobil, omah-omahan berarti benda yang menyerupai rumah, sedangkan kata pit-pitan berarti kegiatan bersepeda. Setuju ya, arti ngepit dan pit-pitan itu sama bahwa dalam proses perpindahan tempat menggunakan moda transportasi sepeda, juga pasti setuju, nuansa kata ngepit lebih serius daripada nuansa kata pit-pitan. Saya sendiri lebih melihat ngepit dekat dengan kata travel to, sedangkan pit-pitan lebih dekat dengan kata journey. Ngepit mempunyai arti yang lebih dekat k...

tersesat di wisma kuwera

“Nek wong sing duwe short term memory elek, ning kene iso ra nemu dalan metu ki” Kalimat tersebut diungkapkan Rizal kepada saya setelah separuh jalan blusukan di dalam wisma Kuwera. Memang menurut saya, peletakan ruang yang ‘aneh’ pada bangunan tersebut memberikan potensi keblasuk bagi orang baru yang dibebaskan berkeliling semaunya di Kuwera. Haha… Tentunya sang perancang memiliki kemampuan spasial yang hebat! Pastinya.. Sejuk, dingin, hangat. Begitulah berbagai ruang yang terbentuk di wisma ini. Sejuk,  dapat mudah dirasakan di bagian ruang paling bawah dan ruang diatas dekat dengan bukaan. Hangat, tentunya nuansa yang di timbulkan oleh penggunaan elemen kayu, yang banyak digunakan dan sangat terasa di lantai atas. Lalu dingin? Dibawah tanah, yang konon katanya tempat untuk hening Romo Mangun jaman dulu. Perpaduan sejuk dan hangat merupakan ungkapan respon dari tropis. Karena di daerah tropis merupakan daerah yang tidak terlalu panas maupun dingin, maka...