2017-04-01

ngepit atau pit-pitan?



Ngepit atau pit-pitan?

Ada judul serupa ditulis di kompasiana pada tahun 2015, dan di tulis ulang di suatu blog pada 2016. Tulisan tersebut menjelaskan beda ngepit dan pit-pitan yang kemudian menekankan pada kebijakan segosegawe yang direspon secara pit-pitan bukan ngepit seperti yang diharapkan pada semangat segosegawe. Segosegawe sudah punah tapi semangat ngepit atau pit-pitan tetap ada.

Suatu hal unik, perulangan kata benda menjadi suatu kata kerja. Mobil-mobilan artinya mainan yang menyerupai mobil, omah-omahan berarti benda yang menyerupai rumah, sedangkan kata pit-pitan berarti kegiatan bersepeda.

Setuju ya, arti ngepit dan pit-pitan itu sama bahwa dalam proses perpindahan tempat menggunakan moda transportasi sepeda, juga pasti setuju, nuansa kata ngepit lebih serius daripada nuansa kata pit-pitan. Saya sendiri lebih melihat ngepit dekat dengan kata travel to, sedangkan pit-pitan lebih dekat dengan kata journey.

Ngepit mempunyai arti yang lebih dekat ke nuansa ‘menuju ke-‘ kata yang menyatakan suatu perjalanan langsung dengan moda sepeda, mungkin komuter atau tujuan lokasi yang lebih jelas. Sedangkan pit-pitan lebih memiliki nuansa santai, tujuan pasti adalah opsional, lebih kepada menikmati perjalanan yang dilakukan. Dengan bebas berhenti ataupun meneruskan perjalanan senikmatnya bersepeda.

Kegiatan pit-pitan begitu lekat dengan ingatan saya ketika masa kecil diajak sepedaan sore, tanpa tujuan, kadang berhenti beberapa saat di pinggir lapangan untuk melihat sepak bola sebentar, dilanjut menikmati nuansa jalan tanah pinggir sawah, meng-eksplor gang-gang baru.  Bahkan kadang berakhir dengan ditinggal rombongan dan pulang sendiri. Namun bisa juga berakhir dengan kegiatan lain bila akhirnya diputuskan untuk ikut bermain sepak bola, kasti ataupun berakhir di rumah teman hingga maghrib untuk bermain Nintendo.

Sebuah dinamika sosial
Ya! Pit-pitan itu kegiatan yang dinikmati bersama, minimal dinikmati bersama sepedamu sendiri. Tapi tentunya pit-pitan tanpa teman bagai sayur kurang garam kurang enak kurang sedap, maka dari itu ngajak teman, agar semuanya senang. Apabila kurang berkenan, maafkanlah. Dengan dinamika pit-pitan seperti itu aktivitas ini adalah aktivitas yang demokratis, tujuan dimusyawarahkan, ketika berganti tujuan juga demikian. Konflik tak bisa tidak pasti ada dalam suatu pit-pitan, yang secara alami menjadi media pembelajaran penyelesaian konflik dalam usia dini. Jadi pit-pitan adalah aktivitas sosial.

Ketika aktivitas pit-pitan ini lebih penting ketimbang tujuan, ketika pit-pitan ialah kumpulian individu yang saling berdialog maka dalam aktivitas pit-pitan telah menciptakan ruang bersama. Ruang ini bergerak secepat kayuhan dan menuju sesuai tangan membelokkan setang. Ruang sosial tercipta dengan batas yang dinamis. Kadang berbentuk linear ketika jalan sempit atau ramai, kadang membulat ketika jalan sepi, bahkan raksasa ketika pit-pitan diadakan dalam skla yang lebih besar.
Bersepeda, sebuah proses meruang
Tentunya aktivitas yang dapat memunculkan dinamika sosial adalah aktivitas positif. Sehingga aktivitas pit-pitan pasti mempunyai dampak positif. Melihat bahwa sepeda ternyata memiliki dampak sosial, mengingatkan bahwa sepeda tak hanya alat transportasi. Sehingga dengan moda transportasi sepeda, kita bisa lebih memaknai banyak hal terutama dalam aktivitas pit-pitan ketika kita melihat sepeda ini tak sekadar alat transportasi. Ia seperti pos ronda, balai warga, selasar toserba, loby gedung, atau bawah jembatan layang dipinggir rel pada sore hari.

Sebuah proses meruang
Ketika ruang dimanfaatkan untuk dinamika sosial, suatu ruang akan lebih hidup. Manusia perlu bertemu dengan manusia, atau melihat manusia lain melakukan aktivitas. Dengan bertemunya manusia dengan manusia lian, juga pengamatan manusia akan manusia lain memunculkan apresiasi akan manusia sehingga penghargaan terhadap manusia lain dapat tumbuh dengan lebih baik.

Penyediaan ruang yang dapat mengapresiasi manusia lain bagai dihimpit oleh keberpihakan terhadap hal lain. Bahkan ketika pesepeda menciptakan ruang di jalan dalam aktivitas pit-pitannya bagaikan suatu dosa besar dengan dasar; ini sudah bukan zamannya lagi kendaraan bertenaga manusia. Kadang kala, suatu klakson di jalan raya pada pesepeda yang ingin membentuk ruang sekecil-kecilnya bersandingan dua-dua dapat terdengar bagai jeritan, “lupakanlah masalalu”. Sehingga saya berpikir, jangan-jangan benar, budaya bumi hangus sudah mendarah daging, bahkan mungkin dalam daging saya yang saya sendiri tidak sadari.

Terlepas dari kegalauan tulisan ini, mari tetap menciptakan ruang, terutama ketika bersepeda, karena itu adalah aktivitas yang positif, sembari kita melihat fenomena-fenomena masa kini yang dapat ditangkap oleh indra, dan meng-hubungkan-kan-nya ke masa lalu, sehingga dapat dilihat, bahwa proses meruang adalah proses yang tidak instan. Ia adalah pengetahuan lapis demi lapis yang setiap zaman akan memberikan kontribusinya tersendiri.

Dan tentunya jangan lupa, tanggal 8 April 2017, Duta Yantra akan kembali mengayuh menikmati ruang dari yang baru ke yang lama.
Siapkan sepedamu kawan!

Eigner
Salam.

0 comments:

Post a Comment