Ngepit atau pit-pitan?
Ada judul serupa ditulis di kompasiana pada tahun 2015, dan di tulis
ulang di suatu blog pada 2016. Tulisan tersebut menjelaskan beda ngepit dan pit-pitan yang kemudian
menekankan pada kebijakan segosegawe yang direspon secara pit-pitan bukan
ngepit seperti yang diharapkan pada semangat segosegawe. Segosegawe sudah punah
tapi semangat ngepit atau pit-pitan tetap ada.
Suatu hal unik, perulangan kata benda menjadi suatu kata kerja. Mobil-mobilan
artinya mainan yang menyerupai mobil, omah-omahan berarti benda yang menyerupai
rumah, sedangkan kata pit-pitan berarti kegiatan bersepeda.
Setuju ya, arti ngepit dan pit-pitan itu sama bahwa dalam proses
perpindahan tempat menggunakan moda transportasi sepeda, juga pasti setuju,
nuansa kata ngepit lebih serius daripada nuansa kata pit-pitan. Saya sendiri
lebih melihat ngepit dekat dengan kata travel to, sedangkan pit-pitan lebih dekat
dengan kata journey.
Ngepit mempunyai arti yang lebih dekat ke nuansa ‘menuju ke-‘ kata
yang menyatakan suatu perjalanan langsung dengan moda sepeda, mungkin komuter atau
tujuan lokasi yang lebih jelas. Sedangkan pit-pitan lebih memiliki nuansa
santai, tujuan pasti adalah opsional, lebih kepada menikmati perjalanan yang
dilakukan. Dengan bebas berhenti ataupun meneruskan perjalanan senikmatnya
bersepeda.
Kegiatan pit-pitan begitu lekat dengan ingatan saya ketika masa kecil
diajak sepedaan sore, tanpa tujuan, kadang berhenti beberapa saat di pinggir
lapangan untuk melihat sepak bola sebentar, dilanjut menikmati nuansa jalan
tanah pinggir sawah, meng-eksplor gang-gang baru. Bahkan kadang berakhir dengan ditinggal
rombongan dan pulang sendiri. Namun bisa juga berakhir dengan kegiatan lain
bila akhirnya diputuskan untuk ikut bermain sepak bola, kasti ataupun berakhir
di rumah teman hingga maghrib untuk bermain Nintendo.
Sebuah dinamika sosial
Ya! Pit-pitan itu kegiatan yang dinikmati bersama, minimal dinikmati
bersama sepedamu sendiri. Tapi tentunya pit-pitan tanpa teman bagai sayur
kurang garam kurang enak kurang sedap, maka dari itu ngajak teman, agar
semuanya senang. Apabila kurang berkenan, maafkanlah. Dengan dinamika pit-pitan
seperti itu aktivitas ini adalah aktivitas yang demokratis, tujuan
dimusyawarahkan, ketika berganti tujuan juga demikian. Konflik tak bisa tidak
pasti ada dalam suatu pit-pitan, yang secara alami menjadi media pembelajaran
penyelesaian konflik dalam usia dini. Jadi pit-pitan adalah aktivitas sosial.
Ketika aktivitas pit-pitan ini lebih penting ketimbang tujuan, ketika
pit-pitan ialah kumpulian individu yang saling berdialog maka dalam aktivitas
pit-pitan telah menciptakan ruang bersama. Ruang ini bergerak secepat kayuhan
dan menuju sesuai tangan membelokkan setang. Ruang sosial tercipta dengan batas
yang dinamis. Kadang berbentuk linear ketika jalan sempit atau ramai, kadang
membulat ketika jalan sepi, bahkan raksasa ketika pit-pitan diadakan dalam skla
yang lebih besar.
Tentunya aktivitas yang dapat memunculkan dinamika sosial adalah
aktivitas positif. Sehingga aktivitas pit-pitan pasti mempunyai dampak positif.
Melihat bahwa sepeda ternyata memiliki dampak sosial, mengingatkan bahwa sepeda
tak hanya alat transportasi. Sehingga dengan moda transportasi sepeda, kita
bisa lebih memaknai banyak hal terutama dalam aktivitas pit-pitan ketika kita
melihat sepeda ini tak sekadar alat transportasi. Ia seperti pos ronda, balai
warga, selasar toserba, loby gedung, atau bawah jembatan layang dipinggir rel
pada sore hari.
Sebuah proses meruang
Ketika ruang dimanfaatkan untuk dinamika sosial, suatu ruang akan
lebih hidup. Manusia perlu bertemu dengan manusia, atau melihat manusia lain
melakukan aktivitas. Dengan bertemunya manusia dengan manusia lian, juga
pengamatan manusia akan manusia lain memunculkan apresiasi akan manusia
sehingga penghargaan terhadap manusia lain dapat tumbuh dengan lebih baik.
Penyediaan ruang yang dapat mengapresiasi manusia lain bagai dihimpit
oleh keberpihakan terhadap hal lain. Bahkan ketika pesepeda menciptakan ruang di
jalan dalam aktivitas pit-pitannya bagaikan suatu dosa besar dengan dasar; ini
sudah bukan zamannya lagi kendaraan bertenaga manusia. Kadang kala, suatu
klakson di jalan raya pada pesepeda yang ingin membentuk ruang sekecil-kecilnya
bersandingan dua-dua dapat terdengar bagai jeritan, “lupakanlah masalalu”. Sehingga
saya berpikir, jangan-jangan benar, budaya bumi hangus sudah mendarah daging,
bahkan mungkin dalam daging saya yang saya sendiri tidak sadari.
Terlepas dari kegalauan tulisan ini, mari tetap menciptakan ruang,
terutama ketika bersepeda, karena itu adalah aktivitas yang positif, sembari
kita melihat fenomena-fenomena masa kini yang dapat ditangkap oleh indra, dan
meng-hubungkan-kan-nya ke masa lalu, sehingga dapat dilihat, bahwa proses
meruang adalah proses yang tidak instan. Ia adalah pengetahuan lapis demi lapis
yang setiap zaman akan memberikan kontribusinya tersendiri.
Dan tentunya jangan lupa, tanggal 8 April 2017, Duta Yantra akan
kembali mengayuh menikmati ruang dari yang baru ke yang lama.
Siapkan sepedamu kawan!
Eigner
Salam.
0 comments:
Post a Comment