Skip to main content

manusia dan glondongan kayu




Ada suatu pendekatan yang menyatakan bahwa dalam pembangunan suatu candi salah satu cara mendatangkan batu ke lokasi pembangunan menggunakan deretan gelondongan kayu sebagai bantalan berjalan. Ketika batu didorong maka batu bergerak maju dengan mudah diatas bantalan glondongan kayu, dan glondongan kayu paling belakang akan terlepas dari beban batu, sedangkan ujung depan batu perlu ditumpu gelondongan kayu lagi untuk dapat didorong secara mudah.

Gelondongan kayu berfungsi menghantarkan kayu menuju lokasi candi. Satu batu candi tersebut merupakan bagian penting bahkan suci dalam membentuk suatu bangunan candi. Penting dalam bentuk melengkapi bentuk, maupun sebagai pengunci antar batu candi.

Ilmu pengetahuan bagai batu candi dan manusia yang mendalaminya sebagai gelondongan kayu yang menghantarkan dan memajukan suatu keilmuan. Secara periodik digantikan balok kayu lain di depannya, selalu ada manusia-manusia baru, atau pemikiran baru untuk menghantarkan suatu keilmuan satu gelindingan lebih maju.

Manusia yang bercumbu dengan suatu keilmuan, saling memajukan, saling melengkapi, saling melakukan kritik konstruktif. Manusia lama hilang, meninggalkan keilmuan pada titik tertentu yang dilanjutkan oleh manusia-manusia baru, meneruskan kemajuan suatu keilmuan. Selalu terjadi dialog, dari generasi ke generasi, lintas generasi ..

Yang mempunyai  tujuan akhir berupa suatu keilmuan yang dapat berdialog dengan keilmuan lain sehingga berkontribusi pada dunia lebih luas, batu yang akhirnya menemukan tempatnya pada suatu susunan candi.

Seberapa penting, kemajuan ilmu pengetahuan bagi kita sehingga kita rela menjadi gelondongan kayu?
Salam
..
Eigner

Terimakasih Pak Anto atas tambahan pengetahuannya.

Comments

Popular posts from this blog

ngepit atau pit-pitan?

Ngepit atau pit-pitan? Ada judul serupa ditulis di kompasiana pada tahun 2015 , dan di tulis ulang di suatu blog pada 2016 . Tulisan tersebut menjelaskan beda ngepit dan pit - pitan yang kemudian menekankan pada kebijakan segosegawe yang direspon secara pit-pitan bukan ngepit seperti yang diharapkan pada semangat segosegawe. Segosegawe sudah punah tapi semangat ngepit atau pit-pitan tetap ada. Suatu hal unik, perulangan kata benda menjadi suatu kata kerja. Mobil-mobilan artinya mainan yang menyerupai mobil, omah-omahan berarti benda yang menyerupai rumah, sedangkan kata pit-pitan berarti kegiatan bersepeda. Setuju ya, arti ngepit dan pit-pitan itu sama bahwa dalam proses perpindahan tempat menggunakan moda transportasi sepeda, juga pasti setuju, nuansa kata ngepit lebih serius daripada nuansa kata pit-pitan. Saya sendiri lebih melihat ngepit dekat dengan kata travel to, sedangkan pit-pitan lebih dekat dengan kata journey. Ngepit mempunyai arti yang lebih dekat k...

tersesat di wisma kuwera

“Nek wong sing duwe short term memory elek, ning kene iso ra nemu dalan metu ki” Kalimat tersebut diungkapkan Rizal kepada saya setelah separuh jalan blusukan di dalam wisma Kuwera. Memang menurut saya, peletakan ruang yang ‘aneh’ pada bangunan tersebut memberikan potensi keblasuk bagi orang baru yang dibebaskan berkeliling semaunya di Kuwera. Haha… Tentunya sang perancang memiliki kemampuan spasial yang hebat! Pastinya.. Sejuk, dingin, hangat. Begitulah berbagai ruang yang terbentuk di wisma ini. Sejuk,  dapat mudah dirasakan di bagian ruang paling bawah dan ruang diatas dekat dengan bukaan. Hangat, tentunya nuansa yang di timbulkan oleh penggunaan elemen kayu, yang banyak digunakan dan sangat terasa di lantai atas. Lalu dingin? Dibawah tanah, yang konon katanya tempat untuk hening Romo Mangun jaman dulu. Perpaduan sejuk dan hangat merupakan ungkapan respon dari tropis. Karena di daerah tropis merupakan daerah yang tidak terlalu panas maupun dingin, maka...

kayu dan gergaji

yang disebut kayu itu sebenarnya hanyalah bagian tertentu saja dari suatu batang pohon. ia adalah bagian terkerasnya. ia diberi perhatian dan dikhususkan oleh manusia, setelah mereka melihat kegunaannya: ia bisa difungsikan oleh manusia untuk menjadi bahan pembuatan alat-alat kehidupan sesehari mereka. jadi, dari mulanya, memang manusia sudah naksir pada pohon dan bagian-bagiannya. mereka sudah penuh rencana untuk menguasai alam dan memanfaatkannya bagi kebahagian mereka [manusia] sendiri. memilih kayu sebagai bahan adalah menempatkan kayu sebagai material: suatu calon, bakalan, yang kelak akan menjadi sesuatu. oleh sebab itu juga ia dinamai material karena mengandung kata mater di dalamnya, yang artinya adalah ibu: asal dari segala sesuatu. bila di hutan ia disebut pohon, di toko besi disebut kayu [dengan berbagai variannya, tergantung bentuk dan ukuran] maka setelah terangkai dalam sebuah rumah, ia dinamai reng, usuk, blandar, saka, dsb. lihatlah, bagaimana material ...