Skip to main content

membuat bata bercerita


bata adalah bahan bangunan yang akrab dengan kita.
ini mengherankan karena kawasan yang serind dilanda gempa seperti indonesia ini mengapa justru bangunan berbahan bata amat banyak ditemui orang.
lebih-lebih lagi,
bahan bata ini digunakan dengan diplester sehingga batanya tertutup. namun demikian, orang masih dengan mudah mengenal bahwa di dalam plesteran mulus itu ada bata yang disusun berselang-seling seperti diajarkan orang belanda dulu.
ya, kita belajar membangun dinding rumah dari belanda.
dan membangun dinding atau pun lantai dengan bata itu kita harus taat pada aturan. kita diajar bahwa membangun dengan bata tidak bisa semau sendiri, sehingga bisa dimengerti bila muncul buku atau selebaran yang diterbitkan oleh pemerintah hindia belanda mengenai bagaimana teknik memasang bata.
demikianlah, bata adalah bahan yang lahir dengan aturan dan tampil tersembunyi di balik plesteran.
namun,
bata sebenarnya sudah lama dikenal di nusantara. bangunan-bangunan di muara takus jambi sumatra yang amat luas itu dibangun dengan bahan bata.
demikian pula banyak candi di jawa timur yang menggunakan bata. terlebih ibukota majaphit pun dibangun dengan mengandalkan bahan bata.
sewindu dutayantra kemaren kita ingat dengan mengingat bahan yang sudah lama dikenal tapi mengalami tafsir baru dalam pemakaiannya.

di kotagede dan plered, masih bagian dari yogyakarta, ditemui praktik pembangunan ibukota kerajaan dan monumen berupa makam yang dibangun dengan bahan bata.
konon, ini karena tukang-tukang mereka umumnya diambil dari cirebon, kota pesisir yang juga mewarisi teknik pemakaian bata di masa yang lampau.
bata di kotagede dan plered adalah harta karun pengetahuan mengenai bahan yang tekonolginya dari luar tapi bahannya asli lokal.
bagaimana orang pedalaman mataram memperlakukan bahan baru tapi dari tanah mereka sendiri itu?
bisakah mereka bercerita?

--
anto

Comments

Popular posts from this blog

ngepit atau pit-pitan?

Ngepit atau pit-pitan? Ada judul serupa ditulis di kompasiana pada tahun 2015 , dan di tulis ulang di suatu blog pada 2016 . Tulisan tersebut menjelaskan beda ngepit dan pit - pitan yang kemudian menekankan pada kebijakan segosegawe yang direspon secara pit-pitan bukan ngepit seperti yang diharapkan pada semangat segosegawe. Segosegawe sudah punah tapi semangat ngepit atau pit-pitan tetap ada. Suatu hal unik, perulangan kata benda menjadi suatu kata kerja. Mobil-mobilan artinya mainan yang menyerupai mobil, omah-omahan berarti benda yang menyerupai rumah, sedangkan kata pit-pitan berarti kegiatan bersepeda. Setuju ya, arti ngepit dan pit-pitan itu sama bahwa dalam proses perpindahan tempat menggunakan moda transportasi sepeda, juga pasti setuju, nuansa kata ngepit lebih serius daripada nuansa kata pit-pitan. Saya sendiri lebih melihat ngepit dekat dengan kata travel to, sedangkan pit-pitan lebih dekat dengan kata journey. Ngepit mempunyai arti yang lebih dekat k...

tersesat di wisma kuwera

“Nek wong sing duwe short term memory elek, ning kene iso ra nemu dalan metu ki” Kalimat tersebut diungkapkan Rizal kepada saya setelah separuh jalan blusukan di dalam wisma Kuwera. Memang menurut saya, peletakan ruang yang ‘aneh’ pada bangunan tersebut memberikan potensi keblasuk bagi orang baru yang dibebaskan berkeliling semaunya di Kuwera. Haha… Tentunya sang perancang memiliki kemampuan spasial yang hebat! Pastinya.. Sejuk, dingin, hangat. Begitulah berbagai ruang yang terbentuk di wisma ini. Sejuk,  dapat mudah dirasakan di bagian ruang paling bawah dan ruang diatas dekat dengan bukaan. Hangat, tentunya nuansa yang di timbulkan oleh penggunaan elemen kayu, yang banyak digunakan dan sangat terasa di lantai atas. Lalu dingin? Dibawah tanah, yang konon katanya tempat untuk hening Romo Mangun jaman dulu. Perpaduan sejuk dan hangat merupakan ungkapan respon dari tropis. Karena di daerah tropis merupakan daerah yang tidak terlalu panas maupun dingin, maka...

kayu dan gergaji

yang disebut kayu itu sebenarnya hanyalah bagian tertentu saja dari suatu batang pohon. ia adalah bagian terkerasnya. ia diberi perhatian dan dikhususkan oleh manusia, setelah mereka melihat kegunaannya: ia bisa difungsikan oleh manusia untuk menjadi bahan pembuatan alat-alat kehidupan sesehari mereka. jadi, dari mulanya, memang manusia sudah naksir pada pohon dan bagian-bagiannya. mereka sudah penuh rencana untuk menguasai alam dan memanfaatkannya bagi kebahagian mereka [manusia] sendiri. memilih kayu sebagai bahan adalah menempatkan kayu sebagai material: suatu calon, bakalan, yang kelak akan menjadi sesuatu. oleh sebab itu juga ia dinamai material karena mengandung kata mater di dalamnya, yang artinya adalah ibu: asal dari segala sesuatu. bila di hutan ia disebut pohon, di toko besi disebut kayu [dengan berbagai variannya, tergantung bentuk dan ukuran] maka setelah terangkai dalam sebuah rumah, ia dinamai reng, usuk, blandar, saka, dsb. lihatlah, bagaimana material ...