Skip to main content

030309



Sepeda akan menemukan jalannya.

Hujan dan sepeda, dua hal yang memungkinkan kami para mahasiswa yang suka bersepeda bertemu dengan penggagas Duta Yantra. Sore itu Yogyakarta diguyur hujan. Kami, mahasiswa penghuni kantin tenang saja mengahadapinya. Tapi tidak dengan seorang dosen ini, karena beliau tidak membawa jas hujan, harus segera pulang dan kebetulan ke kampus menggunakan sepeda. Salah satu dari kami yang bersepeda kebetulan membawa "mantol becak", mantol dari bahan plastik tipis yang biasa digunakan tukang becak. Tentu saja kami tawarkan mantol becak itu kepada dosen kami ini(yang (dulu) galak itu..hehe).

Tak berhenti disitu, berawal dari pinjam-meminjam mantol becak, bertukar informasi lalu dilanjutkan dengan undangan untuk ngopi dirumah beliau. Tentu saja kami bersemangat menyambut tawaran ini. Bertujuh kami berangkat dari kampus, bersepeda menuju jalan Wonosari. Sepertinya ini merupakan perjalanan pertama kami, para mahasiswa yang suka bersepeda melakukan perjalanan secara rombongan. 

Tiga Maret 2009, perjalanan dan pertemuan ini menjadi langkah lanjutan dari kegiatan bersepeda "serangan onthel satu Maret" yang merupakan awal terbentuknya Duta Yantra. Selanjutnya, Duta Yantra mulai menempuh perjalanan demi perjalanan dengan berbagai tujuan, tema dan jumlah pesepeda. Membawa cerita dan pengetahuan yang banyak dan beragam, hingga saat ini Duta Yantra berusia sewindu. Masih banyak cerita dan pengetahuan yang harus digali serta dibagikan. Bagi Duta Yantra, sepeda merupakan sarana alternatif, untuk menemukan dan membagikan pengetahuan.

Mari bersepeda!

Comments

  1. cihuy....
    ada yang mengingatnya, ada yang mencatatnya!
    karena mengingat dan mencatat adalah bagian dari belajar,
    maka: selamat belajar!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

ngepit atau pit-pitan?

Ngepit atau pit-pitan? Ada judul serupa ditulis di kompasiana pada tahun 2015 , dan di tulis ulang di suatu blog pada 2016 . Tulisan tersebut menjelaskan beda ngepit dan pit - pitan yang kemudian menekankan pada kebijakan segosegawe yang direspon secara pit-pitan bukan ngepit seperti yang diharapkan pada semangat segosegawe. Segosegawe sudah punah tapi semangat ngepit atau pit-pitan tetap ada. Suatu hal unik, perulangan kata benda menjadi suatu kata kerja. Mobil-mobilan artinya mainan yang menyerupai mobil, omah-omahan berarti benda yang menyerupai rumah, sedangkan kata pit-pitan berarti kegiatan bersepeda. Setuju ya, arti ngepit dan pit-pitan itu sama bahwa dalam proses perpindahan tempat menggunakan moda transportasi sepeda, juga pasti setuju, nuansa kata ngepit lebih serius daripada nuansa kata pit-pitan. Saya sendiri lebih melihat ngepit dekat dengan kata travel to, sedangkan pit-pitan lebih dekat dengan kata journey. Ngepit mempunyai arti yang lebih dekat k...

tersesat di wisma kuwera

“Nek wong sing duwe short term memory elek, ning kene iso ra nemu dalan metu ki” Kalimat tersebut diungkapkan Rizal kepada saya setelah separuh jalan blusukan di dalam wisma Kuwera. Memang menurut saya, peletakan ruang yang ‘aneh’ pada bangunan tersebut memberikan potensi keblasuk bagi orang baru yang dibebaskan berkeliling semaunya di Kuwera. Haha… Tentunya sang perancang memiliki kemampuan spasial yang hebat! Pastinya.. Sejuk, dingin, hangat. Begitulah berbagai ruang yang terbentuk di wisma ini. Sejuk,  dapat mudah dirasakan di bagian ruang paling bawah dan ruang diatas dekat dengan bukaan. Hangat, tentunya nuansa yang di timbulkan oleh penggunaan elemen kayu, yang banyak digunakan dan sangat terasa di lantai atas. Lalu dingin? Dibawah tanah, yang konon katanya tempat untuk hening Romo Mangun jaman dulu. Perpaduan sejuk dan hangat merupakan ungkapan respon dari tropis. Karena di daerah tropis merupakan daerah yang tidak terlalu panas maupun dingin, maka...

kayu dan gergaji

yang disebut kayu itu sebenarnya hanyalah bagian tertentu saja dari suatu batang pohon. ia adalah bagian terkerasnya. ia diberi perhatian dan dikhususkan oleh manusia, setelah mereka melihat kegunaannya: ia bisa difungsikan oleh manusia untuk menjadi bahan pembuatan alat-alat kehidupan sesehari mereka. jadi, dari mulanya, memang manusia sudah naksir pada pohon dan bagian-bagiannya. mereka sudah penuh rencana untuk menguasai alam dan memanfaatkannya bagi kebahagian mereka [manusia] sendiri. memilih kayu sebagai bahan adalah menempatkan kayu sebagai material: suatu calon, bakalan, yang kelak akan menjadi sesuatu. oleh sebab itu juga ia dinamai material karena mengandung kata mater di dalamnya, yang artinya adalah ibu: asal dari segala sesuatu. bila di hutan ia disebut pohon, di toko besi disebut kayu [dengan berbagai variannya, tergantung bentuk dan ukuran] maka setelah terangkai dalam sebuah rumah, ia dinamai reng, usuk, blandar, saka, dsb. lihatlah, bagaimana material ...